Evaluasi Dosis Antibiotik Pada Pasien Demam Tyfoid Anak di Instalasi Rwat Inap RSI Sultan Agung Semarang dan RSUD Tugurejo

Authors

  • Sikni Retno Karminingtyas Universitas Ngudi Waluyo
  • Adillina Taufikarani Universitas Ngudi Waluyo
  • Gabriel Seralurin Universitas Ngudi Waluyo

DOI:

https://doi.org/10.35473/ijpnp.v1i1.30

Abstract

Latar Belakang : Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang pengobatannya memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan pada beberapa kasus yang tidak tepat penggunaannya dapat menyebabkan masalah kekebalan antibiotic. Tujuan : Untuk mengetahui ketepatan dosis antibiotik pada pasien demam tifoid anak di instalasi rawat inap RSI Sultan Agung dan RSUD Tugurejo Semarang.Metode : Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental menggunakan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisa data dilakukan secara deskriptif. Hasil : Penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak adalah amoxicilline (23,08%), cefotaxime (28,67%) dan ceftriaxone (48,25%). Dari hasil evaluasi diketahui bahwa tepat dosis ( 67,13%) dan tidak tepat dosis (underdose)  (32,87%).  Simpulan : Evaluasi ketepatan dosis antibiotik pada pasien demam tifoid anak adalah tepat dosis sebanyak 67,13% dan tidak tepat dosis (underdose) sebanyak 32,87%.

Author Biographies

Sikni Retno Karminingtyas, Universitas Ngudi Waluyo

Program Studi S1-Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Adillina Taufikarani, Universitas Ngudi Waluyo

Program Studi S1-Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Gabriel Seralurin, Universitas Ngudi Waluyo

Program Studi S1-Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan

References

APhA, Corbett, A.H., Dana, W.J., Fuller, M.A., Gallagher, J.C., Golembiewski, J.A., dkk., 2015. Drug Information Handbook, 24th ed. Wolter Kluwer, USA.

Berild D, Ringertz SH, Aabyholm G, Lelek M, Fosse B, 2002. Impact Of An Antibiotic Policy On Antibiotic Use In A Paediatric Department. Individual Based Follow-Up Shows That Antibiotics Were Chosen According To Diagnoses And Bacterial Findings. International Journal of Antimicrobial Agents. USA.

Bhutta Z. 2006. Clinical review : Current Concepts in The Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever. BMJ 333, 78–82.

CDC, 2015. ‘How Antibiotic Resistance Happens’, Applied and EnvironmentalMicrobiology, p. 239559. Available at: http : drugresistance/about.html.//www.cdc.gov

Depkes RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Depkes RI. 2013. Laporan Tahunan Promkes Tahun 2006. Depkes RI. Jakarta.

Dinkes Jateng. 2011. Demam Typhoid di Jawa Tengah. Diunduh dari http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2011/htn.

Juwono R. dan Prayitno A. 2003, Terapi Antibiotik. Dalam: Farmasi Klinik, Ed Aslam: Elex Media Komputindo , hal: 321-323. Jakarta.

Ozkurt Z, Erol S, Kadanali A, Ertek M, Ozden K, Tasyaran MA, 2005. Changes In Antibiotic Use, Cost And Consumption After An Antibiotic Restriction Policy Applied By Infectious Disease Specialists. Jpn J Infect Dis. USA.

Sidabutar, S. dan Satari, H.I,. 2010. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak: Kloramfenikol atau Seftriakson?. Sari Pediatri.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunannya, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi ke V, Cetakan ke-2, Hal 63-83, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Downloads

Published

2018-07-31

Issue

Section

Articles