Gambaran Self Acceptance pada Klien Lansia yang Terdiagnosis Diabetes Mellitus

Authors

  • Wulansari Wulansari Universitas Ngudi Waluyo
  • Fiktina Vifri Ismiriyam Universitas Ngudi Waluyo

DOI:

https://doi.org/10.35473/jkbs.v1i1.2164

Keywords:

Self-Acceptance; Diabetes mellitus; Elderly

Abstract

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang cukup ditakuti oleh masyarakat umum, dikarenakan dianggap sebagai penyakit yang bisa menimbulkan penyakit lain khususnya penyakit pembusukan luka hingga pemotongan atau penghilangan bagian tubuh yang mengalami pembusukan. Penyakit DM merupakan penyakit kronis yang memerlukan perubahan gaya hidup dan perawatan yang teratur untuk perawatan dan pengobatannya.  Aspek emosional yang nantinya akan mempengaruhi perawatan adalah penerimaan diri terhadap penyakit. Klien yang mendapatkan diagnose sakit DM dan tidak menunjukkan penerimaan diri  akan melakukan penyangkalan dan mengabaian kondisi. Penerimaan diri  yang tidak optimal akan masalah kesehatan akan berpengaruh pada efektivitas perawatan diri dan kontrol dari glukosa darah yang kurang. Lansia merupakan tahapan kehidupan yang secara alami akan mengalami proses degeneratif dan juga perburukan kondisi kesehatan dan DM salah satu penyakit yang menyertai atau muncul pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk lebih mengetahui gambaran secara langsung tentang penerimaan diri akan diagnosa DM oleh khususnya lansia. Penelitian ini bersifat diskriptif. Penelitian ini menggunakan kuesioner penerimaan diri sebagai alat ukurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang terdiagnosa DM  menunjukkan penyangkalan akan diagnosa dan  pengabaian perawatan  karena diagnose yang disampaikan dirasa tidak benar karena lansia merasa tidak sakit atau badan biasa saja. Bentuk pengabaian yang dilakukan adalah  pola hidup yang tidak berubah dari sebelumnya. Kesimpulannya adalah perlu edukasi lebih lanjut tentang diagnose DM pada lansia sebagai upaya pencegahan perburukan kondisi hingga berakibat pada munculnya komplikasi DM.

Author Biographies

Wulansari Wulansari, Universitas Ngudi Waluyo

Keperawatan

Fiktina Vifri Ismiriyam, Universitas Ngudi Waluyo

Keperawatan

References

Adailton et al. 2018. Diagnosis of diabetes mellitus and living with a chronic condition: participatory study. BMC Public Health 18 : 699. [serial online] https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29871637.

Amalia RF. (2014). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Pada Lansia di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun 2014. Univ Indones [Internet]. 2014;2:1–9.

Anis C, Sekeon SA., D.Kandou G. (2017). Hubungan Antara Diabetes Mellitus (Hiperglikemia) Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Kelurahan Kolongan.:1–8.

Artanti P, Masdar H, Rosdiana D. (2015). Angka kejadian Diabetes mellitus tidak terdiagnosis pada masyarakat kota Pekanbaru. Vol 2 No 2. jom FK

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia ;286.

Cronbach, L.J. (1963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World Inc.

Diabetes Federation Internasioanal(IDF).(2019). IDF Diabetes Altas Ninth edition. 1p

Irawan D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia. Universitas Indonesia. 2010.

Isnaini N, Ratnasari R. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. 2018;14 (1):59–68

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia. 1-8.. Pusat data dan Inf Kementrian kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Analisis lansia di Indonesia . hal :1-9. Data dan Inf

Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Mathew et al. (2012). Self acceptance. Diabetic medicine. 345-376

Milita fibra, Handayani Sarah, Setiaji Bambang. (2021). Kejadian diabetes mellitus tipe II pada lanjut usia di Indonesia. Jurnal UMJ. Vol 7 No 1: 9-20.

Nindya AS. (2018). Hubungan Faktor yang Dapat Dimodifikasi dan Tidak Dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II pada Wanita Lanjut Usia di Puskesmas Sering Kecamatan Tembung Medan Tahun 2017. Univ Sumatera Utara.:1–5.

Notoadmojo. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta

Nurhasanah. (2012). Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri pada wanita. Jurnal penelitian dan pengukuran psikologi. Vol 1 (1)

Nursalam. (2015). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis . Edisi 4. Jakarta. salemba

Paramita Ratri, Margaret. (2018). Pengaruh Penerimaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Penderita Lupus

PERKENI.(2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia

Reimer et al. (2014). Short Report :education and psychological issue assessment if diabetic acceptance. Diabetic medicine. Vol 31 (1446-1451)

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset.

Riyanto BS, Wulan HR, Hisyam B. (2014). Buku Ajar Penyakit Dalam. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

Rohma Nur Afifatur. (2019). Hubungan penerimaan diri dan perilaku perawatan diri pada diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam.repository Universitas Jember

Schmiits et al. (2018) . Measurement of psychological adjusmentnto diabetes with diabetes acceptance. Journal of diabetic and its confirm. 32 (284-390)

Shallcross et al. (2013). Gettingbetter with age: the relationship between age acceptance and effect. Journal perssoch psychology. Vol 104(4 : 734-749).

Sukardji K.(2013). Pentalaksanaan Gizi pada Diabetes Mellitus. In: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. 2013.

Downloads

Published

2023-02-10

How to Cite

Wulansari, W., & Fiktina Vifri Ismiriyam, F. (2023). Gambaran Self Acceptance pada Klien Lansia yang Terdiagnosis Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan Berbudaya Sehat, 1(1), 47–53. https://doi.org/10.35473/jkbs.v1i1.2164