Hubungan Tingkat Keamanan Lingkungan dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Panti Wredha

Authors

  • Septiani Tri Sutrisni Akademi Keperawatan 17 Karanganyar
  • Amik Muladi Akademi Keperawatan 17 Karanganyar

Abstract

Auditory hallucinations or auditory-hearing voices or sounds are the most common type of hallucination. Clients who experience hallucinations have sensory disturbances or distortions, but the client responds to them as the real thing. Hallucinations must be the focus of our attention because if hallucinations are not handled properly, they can pose a risk to the patient's safety, other people, and the surrounding environment. The general hallucinatory intervention given is SP 1 – SP 4. Another additional therapy given to clients with auditory hallucinations is a combination of rebuking and dhikr to reduce the level of hallucinations. Hallucinations with rebuke can be used to control auditory hallucinations. Whereas psycho-religious therapy (dhikr and prayer) is a psychiatric therapy at a higher level than ordinary psychotherapy, this is because by dhikr or praying there is a spiritual element that can awaken one's hope and self-confidence. After implementing it for 7 consecutive days with a time of 15-30 minutes in 2 patients with auditory hallucinations, it was found that there was a decrease in the level of hallucinations as measured using the AHRS scale. Therefore, giving rebuke and dhikr therapy is able to reduce symptoms and the level of hallucinations in patients.

Abstrak

Halusinasi pendengaran atau suara atau suara pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum. Klien yang mengalami halusinasi mempunyai gangguan atau distorsi sensorik, namun klien menyikapinya sebagaimana adanya. Halusinasi harus menjadi fokus perhatian kita karena jika halusinasi tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan risiko bagi keselamatan pasien, orang lain, dan lingkungan sekitar. Intervensi halusinasi umum yang diberikan adalah SP 1 – SP 4. Terapi tambahan lain yang diberikan pada klien halusinasi pendengaran adalah kombinasi teguran dan dzikir untuk menurunkan tingkat halusinasi. Halusinasi dengan teguran dapat digunakan untuk mengendalikan halusinasi pendengaran. Sedangkan terapi psikoreligius (dzikir dan doa) merupakan terapi kejiwaan yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan psikoterapi biasa, hal ini dikarenakan dengan berdzikir atau berdoa terdapat unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa percaya diri seseorang. Setelah dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut dengan waktu 15-30 menit pada 2 pasien halusinasi pendengaran ditemukan adanya penurunan tingkat halusinasi yang diukur menggunakan skala AHRS. Oleh karena itu pemberian terapi teguran dan dzikir mampu menurunkan gejala dan tingkat halusinasi pada pasien.

References

Badan Pusat Statistik. (2010). Profil Penduduk Lanjut Usia, Jakarta : KOMNAS LANSIA.

Barnedh. (2004). Penilaian Keseimbangan Menggunakan Skala Keseimbangan. (http://www.uptodate.com. diakses pada tanggal 20 januari 2018.)

Darmojo R.B, Mariono, HH. . (2009). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Eliopoulus, C. (2005). Gerontological Nurse. Philadelphia: Lippincott.

Jamebozorgi, et all. (2013). Investigation of the Prevalent Fall-Relatec Risk Factors of Fractures in Elderly Reffered to Tehran Hospitals. Medical Journal of Islamic Republic of Iran.

Maryam. R.S. (2010). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mauk, K.L. (2010) Gerontological nursing competencies for care (2nd ed). Sudbury: Janes and Barlett Publisher. Sabatini, Stefani N., Hanson E. Kusuma, Lily Tambunan. (2015) : Faktor Ekstern al Risik o Jatuh Lansia: Studi Empiris. IPLBI 2015 publikasi seminar.

Salehi, Mahdi et al. (2009). Relationship Between Going Concern Concept and P/E Ratio in Emerging Market: Case of iran. Journal of Management

SUSENAS. (2009). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).Jakarta: BPS

World Health Organization. (2010). WHO Global report on falls prevention in older age. Geneva:Who Press.

Downloads

Published

2024-07-18

How to Cite

Sutrisni, S. T., & Muladi, A. (2024). Hubungan Tingkat Keamanan Lingkungan dengan Risiko Jatuh pada Lansia di Panti Wredha . Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR), 7(1), 14–18. Retrieved from https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/3132

Issue

Section

Articles