https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/issue/feedIndonesian Journal of Nursing Research (IJNR)2025-05-31T11:04:11+00:00Dr. Eko Mardiyaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat.[email protected]Open Journal Systems<div class="body"> <div class="description"> <div style="border: 2px #444F71 solid; padding: 3px; background-color: #f0ffff; text-align: left;"> <ol> <li class="show">Nama Jurnal: Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR)</li> <li class="show">Singkatan: IJNR</li> <li class="show">Frekuensi: Mei & November</li> <li class="show">ISSN: Print 2656-9590 | Online 2615-6407</li> <li class="show">Editor in Chief: Dr. Eko Mardiyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep.Mat.</li> <li class="show">DOI: 10.35473/IJNR</li> <li class="show">Akreditasi : Sinta 5</li> <li class="show">Penerbit: Program Study of Nursing, Universitas Ngudi Waluyo, Indonesia</li> </ol> </div> <p>Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) is a journal of nursing published by Faculty of Nursing, Universitas Ngudi Waluyo, annually in May and November. IJNR welcomes any research-based as well as concept-based manuscripts dealing with its focus and scope</p> </div> </div>https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/4019Hubungan Burnout Perawat dengan Pelaksanaan Budaya Keselamatan Pasien di RSUD DR. Gunawan Mangunkusumo2025-05-22T04:30:49+00:00Achmad Syaifudin[email protected]Mona Saparwati[email protected]Trimawati[email protected]<p><em>Safety is a global issue in hospitals. Hospitals have a responsibility to improve service quality in managing patient safety. Efforts must be made by implementing a patient safety culture. Every nurse has a responsibility in implementing patient safety, but in this case there are individual factors influencing the implementation of this culture, namely the level of burnout by officers, especially nurses. Objective: to determine the relationship between nurses burnouts and the implementation of patient safety culture at </em><em>dr Gunawan Mangunkusumo hospital</em>. <em>This research design is quantitative correlation with cross sectional design. The population uses 223 nurses at </em><em>dr Gunawan Mangunkusumo</em><em>, a sample of 132 nurses was taken used a proportional random sampling technique. Data collection tools used the Maslach Burnout Inventory Human Services Survey </em>(MBI-HSS)<em> Questionnaire and the Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) Questionnaire. Data analysis used the chi square.Results: The results of the hypothesis test obtained a p value of 0.000 with an p value of -0.477 which means that there is a significant relationship between the nurses burnout and the implementation of patient safety culture at dr.Gunawan Mangunkusumo Ungaran Hospital. Suggestion: It is hoped that the hospital can provide support in the form of policies to reduce nurses burnout.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Keselamatan pasien menjadi salah satu indikator mutu dan isu global dalam rumah sakit. Rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pengelolaan keselamatan pasien. Upaya yang harus dilakukan dengan menerapkan budaya keselamatan pasien. Setiap perawat memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan pasien, namun dalam hal ini terdapat faktor individu mempengaruhi terlaksananya budaya ini adalah <em>burnout</em> yang dialami petugas terutama perawat. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan <em>burnout</em> perawat dengan pelaksanaan budaya keselamatan pasien di RSUD dr Gunawan Mangunkusumo. Desain penelitian ini kuantitatif korelasional dengan rancangan <em>cross sectional</em>. Populasi menggunakan 223 perawat, sampel penelitian 132 perawat diambil dengan teknik <em>proportional random sampling</em>. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner <em>Maslach Burnout Inventory Human Services Survey </em>(MBI-HSS) dan kuesioner <em>Hospital Survey on Patient Safety Culture (</em>HSOPSC). Analisa data menggunakan <em>uji chi square.</em>Hasil dari penelitian ini didapatkan: <em>Burnout</em> perawat sebagian besar dalam kategori rendah sebanyak 60 responden (48,5%), pelaksanaan budaya keselamatan pasien sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 80 responden (60,6%). Hasil uji hipotesis didapatkan nilai <em>p value</em> 0,000 dengan nilai p-0,477 yang berarti ada hubungan cukup signifikan antara <em>burnout</em> perawat dengan pelaksanaan budaya keselamatan pasien di RSUD dr Gunawan Mangunkusumo. Diharapkan pihak rumah sakit dapat memberikan dukungan berupa kebijakan untuk menurunkan <em>burnout</em> pada perawat.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/4007Hubungan Glukosa Darah dan Depresi dengan Fatigue pada Diabetesi Tipe 22025-05-19T14:51:38+00:00Mohammad Sholahudin[email protected]Diana Tri Lestari[email protected]Ashri Maulida Rahmawati[email protected]<p><em>Fatigue in people with Diabetes Mellitus (DM) is a serious problem that can affect the patient's quality of life. Poor management of blood glucose levels often contributes to the emergence of physical and psychological complications, including depression and fatique. Depression in patients with type 2 diabetes not only worsens blood glucose control, but also increases the risk of continued fatigue, thereby lowering the patient's functional ability and motivation to undergo therapy. A deep understanding of the relationship between blood glucose levels, depression, and fatique is essential in nursing practice as a cornerstone in designing comprehensive management. This study aims to analyze the relationship between blood sugar levels, depression, and fatigue in patients with type 2 diabetes at the Juwana Health Center. This study is a quantitative research with a cross-sectional design. The sample size was 65 respondents, using the Total Sampling technique with criteria, patients with type 2 DM, willing to participate in the study by signing an informed consent, active in prolific activities, not experiencing severe mental disorders, cooperative, and able to communicate well. The research instrument used the Fatigue Assessment Scale (FAS) questionnaire and the Beck Depression Inventory II (BDI II), and glucometer (GCU). Data analysis using the Pearson test. The results showed that the average blood sugar level in the respondents was 210.75 mg/dL, but there was no significant relationship between blood sugar levels and fatigue (p = 0.683; r = 0.052). In contrast, a significant association was found between depression and fatigue levels (p = 0.000; r = 0.566), with an average depression score of 22.05 and a fatigue score of 24.63. These findings indicate that fatigue in type 2 DM patients is more influenced by psychological factors such as depression than by blood sugar levels themselves.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p><em>Fatigue</em> pada orang dengan diabetes mellitus (DM) merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pengelolaan kadar glukosa darah yang tidak optimal seringkali berkontribusi pada munculnya komplikasi fisik maupun psikologis, termasuk depresi dan fatique. Depresi pada pasien DM tipe 2 tidak hanya memperburuk kontrol glukosa darah, tetapi juga meningkatkan risiko fatique yang berkelanjutan, sehingga menurunkan kemampuan fungsional dan motivasi pasien dalam menjalani terapi. Pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara kadar glukosa darah, depresi, dan fatique sangat penting dalam praktik keperawatan sebagai landasan dalam merancang penatalaksanaan yang komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar glukosa darah, depresi, dan <em>fatigue</em> pada penderita DM tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel 65 responden, menggunakan teknik <em>Total Sampling </em>dengan kriteria, pasien DM tipe 2, bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent, aktif dalam kegiatan prolanis, tidak mengalami gangguan mental yang berat, kooperatif, serta dapat berkomunikasi dengan baik. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner <em>Fatigue</em> Assesment Scale (FAS) dan Beck Depression Inventory II (BDI II), dan glucometer (GCU). Analisis data menggunakan uji<strong> pearson.</strong> Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah sewaktu responden adalah 210,75 mg/dL, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dengan <em>fatigue</em> (p = 0,683; r = 0,052). Sebaliknya, ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dan <em>fatigue</em> (p = 0,000; r = 0,566), dengan rata-rata skor depresi sebesar 22,05 dan skor <em>fatigue</em> 24,63. Temuan ini mengindikasikan bahwa kelelahan pada diabetesi tipe 2 lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti depresi dibandingkan dengan kadar glukosa darah itu sendiri.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/3983Gambaran Fear of Childbirth Ibu Hamil dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Lerep Ungaran2025-05-08T03:53:48+00:00Hasya Maylana Putri[email protected]Tina Mawardika[email protected]<p><em>Fear of Childbirth (FOC) is the fear that pregnant women experience in the face of childbirth, which can be influenced by factors such as previous childbirth experience, lack of knowledge, lack of family support, and inadequate preparation. This fear can affect maternal health and the labor process. This study aims to describe the level of fear of pregnant women in facing childbirth at Puskesmas Lerep, Ungaran. Quantitative research with descriptive analytic design. Population 150 pregnant women, sample 109 pregnant women. Data were collected through univariate analysis with frequency distribution. Most respondents (81.7%) were 20-35 years old, the majority were in the third trimester (37.6%), and 75.2% had the last education of SMA / SMK. High fear level was found in 40.4% of respondents, 28.4% had moderate fear, and 31.2% had low fear. Factors such as lack of information, previous labor experience, and social support played a role in the level of fear. The level of fear of pregnant women in facing labor is still quite high. It is expected that health centers provide further education, psychological counseling, and optimal assistance by health workers to reduce maternal anxiety before childbirth.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Fear of Childbirth (FOC) adalah ketakutan yang dialami ibu hamil dalam menghadapi persalinan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pengalaman persalinan sebelumnya, kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan keluarga, dan persiapan yang belum memadai. Ketakutan ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan proses persalinan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan tingkat ketakutan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Lerep, Ungaran. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik. Populasi 150 ibu hamil, sampel 109 ibu hamil. Data dikumpulkan melalui analisis univariat dengan distribusi frekuensi. Sebagian besar responden (81,7%) berusia 20-35 tahun, mayoritas berada pada trimester tiga (37,6%), dan 75,2% memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK. Tingkat ketakutan tinggi ditemukan pada 40,4% responden, 28,4% memiliki ketakutan sedang, dan 31,2% ketakutan rendah. Faktor seperti kurangnya informasi, pengalaman persalinan sebelumnya, dan dukungan sosial berperan dalam tingkat ketakutan. Tingkat ketakutan ibu hamil dalam menghadapi persalinan masih cukup tinggi. Diharapkan puskesmas memberikan edukasi lebih lanjut, konseling psikologis, dan pendampingan optimal oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi kecemasan ibu menjelang persalinan.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/4011Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Perokok Dewasa2025-05-20T12:44:42+00:00Desvia Cinta Rafitri[email protected]Gipta Galih Widodo[email protected]Sukarno[email protected]Puji Lestari[email protected]<p><em>Blood pressure is an important indicator in assessing a person's cardiovascular health. Smoking can worsen blood pressure through the narrowing of blood vessels due to nicotine, while physical activity has the potential to lower blood pressure. However, the relationship between physical activity and blood pressure in adult smokers is still rarely studied. To determine the relationship between physical activity and blood pressure in adult smokers in Kesongo Village, Tuntang District, Semarang Regency. This study uses descriptive correlation. The population is 2,341 people, a sample of 96 respondents selected using purposive sampling with the criteria of active smokers aged 19-44 years. Physical activity was measured using the IPAQ (International Physical Activity Questionnaire) questionnaire and blood pressure using a digital sphygmomanometer. Most respondents had heavy physical activity (60.4%) and blood pressure in the pre-hypertension category (57.3% systolic, 24% diastolic). Statistical analysis with the Pearson product moment test showed a significant relationship between physical activity and systolic blood pressure with a weak positive relationship (r = 0.214, p = 0.036). Education on appropriate physical activity patterns for smokers is needed to optimize health benefits. Efforts to reduce smoking habits remain the main step in preventing hypertension.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p style="font-weight: 400;">Tekanan darah merupakan indikator penting dalam menilai Kesehatan kardiovaskular seseorang. Merokok dapat memperburuk tekanan darah melalui penyempitan pembuluh akibat nikotin, sementara aktivitas fisik berpotensi menurunkan tekanan darah. Namun, hubungan antara aktivitas fisik dan tekanan darah pada perokok dewasa masiah jarang diteliti. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada perokok dewasa di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional. Populasi 2.341 jiwa, sampel 96 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling dengan kriteria perokok aktif usia dewasa 19 – 44 tahun. Aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ <em>(International Physical Activity Questionnaire) </em>dan tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik berat (60,4%) dan tekanan darah kategori pre-hipertensi (57,3% sistolik, 24% diastolik). Analisis stsatistik dengan uji pearson product moment menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara aktiivtas fisik dan tekanan darah sistolik dengan hubungan positif yang lemah (r = 0,214, p = 0,036). Diperlukan edukasi pola aktivitas fiisk yang sesuai bagi perokok untuk mengoptimalkan manfaat Kesehatan. Upaya pengurangan kebiasaan merokok tetap menajadi Langkah utama dalam pencegahan hipertensi.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/3984Hubungan Antara Perilaku Makan Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater pada Anak Prasekolah di RA Hj Soebandi2025-05-08T03:42:50+00:00Vika Islamiati Putri[email protected]Fiki Wijayanti[email protected]<p><em>Picky eater is a common eating pattern problem in preschool children. Parental eating behavior is a factor that influences picky eating. So parents provide role models in eating behavior is very important for children. Research used a descriptive correlational research design with a cross-sectional approach. The population of this study was 152 with a sample of 110 respondents. Parental eating behavior was measured using the Adults Eating Behavior Questionnaire (AEBQ) questionnaire. Picky eater behavior in preschool children was measured using the Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) questionnaire. Data were analyzed using the chi-square test. The results of good parental eating behavior was 61 respondents (55.5%). Children who did not experience picky eater behavior were 77 respondents (77.0%). There was a significant relationship between parental eating behavior and picky eater behavior in preschool children (3-4 years old) at RA Hj Soebandi. significant relationship between parental eating behavior and picky eater behavior in preschool children (3-4 years old) at RA Hj Soebandi, because the statistical test using the chi-square test has a significance value of 0.000 <0.05. Parents should pay attention to nutritious eating behavior and a variety of foods in choosing food based on the way the parents themselves eat, so that children do not become picky eaters.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p><em>Picky eater</em> merupakan permasalahan pola makan yang umum terjadi pada anak prasekolah. Perilaku makan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi dari <em>picky eater</em>. Sehingga orang tua memberikan role model dalam perilaku makan sangat penting bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku makan orang tua dengan kejadian <em>picky eater</em> pada anak prasekolah di TK RA Haji Soebandi di wilayah Kecamatan Bawen. Desain penelitian yaitu deskriptif korelasional Pendekatan dengan <em>cross sectional</em>. Populasi penelitian ini sebanyak 152 dengan jumlah sampel 110 responden. Perilaku makan orang tua dengan alat ukur menggunakan kuesioner <em>Adults Eating Behavior Questionare (AEBQ)</em>. Perilaku <em>picky eater</em> pada anak prasekolah dengan alat ukur menggunakan kuesioner <em>Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ)</em>. Data dianalisis menggunakan <em>uji chi-square</em>. Hasil menunjukkan perilaku makan orang tua dengan kategori baik sebanyak 61 responden (55,5%). Anak yang tidak mengalami perilaku <em>picky eater</em> sebanyak 77 responden (77.0%). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku makan orang tua dengan kejadian <em>picky eater</em> pada anak prasekolah di RA HJ Soebandi Kecamatan Bawen dengan p-value 0,000 < 0,05. Orang tua di harapkan memperhatikan perilaku makan bergizi dan bervariasi makanan dalam pemilihan makanan dengan cara makan orang tua sendirinya, agar anak tidak menjadi <em>picky eater</em>.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijnr/article/view/3986Determinan Sosial dan Intervensi dalam Kesehatan: Scoping Review Tentang Populasi Rentan dan Pendekatan Edukasional2025-05-15T02:38:31+00:00Endah Fitriasari[email protected]Muhammad Taufan Umasugi[email protected]<p><em>Public health is influenced by complex, interrelated social, economic, and environmental determinants. Vulnerable populations, including socioeconomically marginalised individuals, ethnic minorities, migrants, refugees, children, and older adults, often face significant barriers to accessing quality health services. This scoping review aims to: (1) identify and analyse key social determinants that influence the health of vulnerable populations; (2) assess the effectiveness of health education interventions in different contexts and populations; (3) explore the role of technology and innovation in health education; and (4) identify gaps in the literature and directions for future research. The analysis shows that environmental factors (ventilation, housing density, sanitation infrastructure), socioeconomic factors (poverty, marginalisation, conflict), and access to education play a significant role in determining the health of vulnerable populations. The synthesis of evidence suggests that educational approaches, when tailored to the specific needs of target populations and integrated with interventions that address underlying social determinants, can be powerful tools for improving health outcomes and reducing disparities.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor penentu sosial, ekonomi, dan lingkungan yang kompleks dan saling terkait. Populasi rentan, termasuk individu yang terpinggirkan secara sosial ekonomi, etnis minoritas, migran, pengungsi, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih tua, sering menghadapi hambatan yang signifikan untuk mengakses layanan kesehatan yang berkualitas. Tujuan: Tinjauan cakupan ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor penentu sosial utama yang memengaruhi kesehatan populasi rentan; (2) menilai efektivitas intervensi pendidikan kesehatan dalam konteks dan populasi yang berbeda; (3) mengeksplorasi peran teknologi dan inovasi dalam pendidikan kesehatan; dan (4) mengidentifikasi kesenjangan dalam literatur dan arah untuk penelitian di masa mendatang. Metode: Analisis menunjukkan bahwa faktor lingkungan (ventilasi, kepadatan perumahan, infrastruktur sanitasi), faktor sosial ekonomi (kemiskinan, marginalisasi, konflik), dan akses ke pendidikan memainkan peran penting dalam menentukan kesehatan populasi rentan. Kesimpulan: Sintesis bukti menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan, jika disesuaikan dengan kebutuhan spesifik populasi sasaran dan diintegrasikan dengan intervensi yang mengatasi determinan sosial yang mendasarinya, dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan hasil kesehatan dan mengurangi kesenjangan.</p>2025-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025