https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/issue/feedIndonesian Journal of Pharmacy and Natural Product2024-11-06T07:45:23+00:00Melati Aprilliana Ramadhani[email protected]Open Journal Systems<div class="body"> <div class="description"> <div style="border: 2px #444F71 solid; padding: 3px; background-color: #f0ffff; text-align: left;"> <ol> <li class="show">Nama Jurnal: Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product</li> <li class="show">Singkatan: IJPNP</li> <li class="show">Frekuensi: Maret & September</li> <li class="show">ISSN: Print 2656-3215 | Online 2615-6903</li> <li class="show">Editor in Chief: Melati Apriliana Ramadhani</li> <li class="show">DOI: 10.35473/ijpnp</li> <li class="show">Akreditasi : Sinta 5</li> <li class="show">Penerbit: Universitas Ngudi Waluyo Program Studi Farmasi</li> </ol> </div> <p>Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product [P-ISSN 2656-3215 | E-ISSN 2615-6903 is aimed as promoting principled approach to research on pharmacy that covers a broad range of topics engaging a good relationship in theoretical and practical.</p> </div> </div>https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3006Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Dagusibu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur2024-02-06T03:26:11+00:00Khotimatul Khusna[email protected]Grace Hestrivina Puren[email protected]Risma Sakti Pambudi[email protected]<p><em>Residents still have a low understanding of the proper use of medicines due to the lack of knowledge among residents about DaGuSiBu medicines (Get, Use, Store and Dispose of Medicines). DaGuSiBu drug education was needed thus residents have a better understanding. The purpose of this study was to determine the effect of education on the level of knowledge about DaGuSiBu in Buli Village, Maba District, East Halmahera Regency. This research method was a quasi-experimental design (Quasi-experimental design) with a one group pre and posttest design. Samples were taken by purposive sampling by using the Slovin formula which obtained a sample of 100 respondents. The research instrument uses the DaGuSiBu knowledge questionnaire which was valid and reliable. Education was carried out with the help of leaflets and counseling with presentations. The data analysis technique used the Wilcoxon signed rank test analysis. The results showed that before education the majority of respondents had sufficient knowledge about DaGuSiBu medicine (70%) and after education the majority of respondents had good knowledge (89%). The results of the bivariate analysis obtained a significance value (p value) of 0,000 <0,05, meaning that there was an influence of education on the level of knowledge about DaGuSiBu. The conclusion on this research that there was an influence of education on the level of knowledge about DaGuSiBu in Buli Village, Maba District, East Halmahera Regency.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pemahaman penggunaan obat secara tepat yang masih rendah dari warga dikarenakan minimnya pengetahuan warga mengenai DaGuSiBu obat (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang obat). Edukasi DaGuSiBu obat dibutuhkan agar warga menjadi memiliki pemahaman lebih baik. Tujuan penelitian ini guna melihat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan tentang DaGuSiBu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur. Metode penelitian ini ialah metode eksperimen semu <em>(Quasi – Experimental design) </em>dengan rancangan <em>One group pretest-posttest</em>. Sampel diambil secara <em>purposive sampling</em> dengan penentuan sampel menggunakan rumus<em> Slovin</em> sehingga diperoleh 100 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Edukasi dilakukan dengan bantuan leaflet dan penyuluhan dengan presentasi. Teknik analisis data memakai analisis <em>Wilcoxon signed rank test</em>. Hasil penelitian terlihat sebelum dilakukan edukasi sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang DaGuSiBu obat (70%) dan sesudah dilakukan edukasi mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik (89%). Hasil analisa bivariat diperoleh nilai signifikansi (p value) sebesar 0,000 < 0,05 berarti terdapat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan terkait DaGuSiBu obat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan tentang DaGuSiBu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur.</p>2024-09-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3308Perbandingan Efektivitas Profilaksis Intermiten Klobazam Versus Diazepam pada Kejang Demam Sederhana (KDS): Systematic Review2024-07-26T05:07:17+00:00Sulastri[email protected]Mutia Hariani Nurjanah[email protected]Melati Apriliana Ramadhani[email protected]Arif Santoso[email protected]Rahma Diyan Martha[email protected]Rissa Laila Vifta[email protected]Annisah Mahanani[email protected]<p><em>Febrile seizures are seizures that occur when body temperature rises (rectal temperature > 38<sup>o</sup> C). Each seizure can possibly cause epilepsy and trauma to the brain. The next priority is efforts to stop acute seizure attacks which can usually be treated with anti-seizure medication. Intermittent prophylaxis with clobazam at the onset of the first febrile seizure provides better results. This systematic review aims to review articles related to the use of intermittent prophylaxis of clobazam vs diazepam for children suffering from simple febrile seizures. The literature search method uses Google Scholar, PubMed and BMJ databases based on keywords. The selected articles were articles published between 2009-2023, full text in English, were original articles comparing the effectiveness of intermittent prophylaxis use of clobazam vs diazepam in febrile seizures in children. The results obtained were 4 articles that were relevant to the objectives of this systematic review. </em>Data is homogeneous with RR of 0.44 (95% CI: 0.32-0.60) so that the therapeutic effectiveness of administering clobazam compared with diazepam is not significantly different even though there is a chance that the effectiveness of clobazam is 0.44 times compared with administering diazepam. The efficacy of clobazam compared to diazepam, clobazam has better advantages than diazepam in preventing recurrence of febrile seizures. Apart from that, the side effects that occur with clobazam are significantly lower, for example drowsiness and sedation.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38<sup>o </sup>C). Setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak. Prioritas selanjutnya berupa usaha untuk menghentikan serangan kejang akut yang biasanya dapat ditangani dengan pemberian obat anti kejang. Pemberian profilaksis intermiten dengan klobazam pada permulaan terjadinya kejang demam pertama memberikan hasil yang lebih baik. <em>Systematic review</em> ini bertujuan untuk me<em>review</em> artikel-artikel terkait adanya penggunaan profilaksis intermiten klobazam vs diazepam untuk anak penderita kejang demam sederhana. Pencarian literatur menggunakan metode berupa database Google scholar, PubMed dan BMJ berdasarkan <em>keywords</em>. Artikel yang dipilih adalah artikel yang dipublikasikan antara tahun 2009-2023, <em>fulltext</em> dalam inggris, merupakan <em>original article</em> yang membandingkan efektivitas antara penggunaan profilaksis intermiten klobazam vs diazepam pada kejang demam pada anak. Hasil diperoleh 4 artikel yang relevan terhadap tujuan <em>systematic review </em>ini. Data bersifat homogen dengan RR 0,44 (CI 95%: 0,32-0,60) sehingga efektivitas terapi pemberian klobazam dibandingkan dengan diazepam tidak berbeda bermakna meskipun terdapat peluang efektivitas klobazam sebesar 0,44 kali dibandingkan dengan pemberian diazepam. Kemanjuran klobazam dibandingkan dengan diazepam, klobazam memiliki keunggulan lebih baik dibandingkan diazepam dalam mencegah kekambuhan kejang demam. Selain itu efek samping yang timbul pada klobazam secara signifikan jauh lebih rendah misalnya seperti mengantuk dan sedasi.</p>2024-09-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3310Uji Antiinflamasi Ekstrak Daun Andong Merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) terhadap Tikus Model Induksi Karagenan2024-07-29T02:52:36+00:00Jena Widyasti[email protected]Fitri Kurniasari[email protected]<p><em>Inflammation is a reaction to stimulation by harmful agents, infection, trauma, or tissue injury. One plant that has anti-inflammatory properties is red andong leaves. The chemical content of Andong leaf extract, which has anti-inflamatorry activity, is flavonoids. This study aims to determine the anti-inflammatory activity of ethanol extract of red andong leaves on carrageenan-induced white rats and determine the effective dose. Testing of the anti-inflammatory activity was carried out using 25 white rats as test animals and divided into 5 treatment groups, namely group 1 (diclofenac sodium dose 4.5 mg/kgBW), group II (Na CMC 0.5%), group III (extract dose 100 mg/kgBW), group IV (extract dose 200 mg/kgBW), group V (extract dose 400 mg/kgBW). After 30 minutes of administering the extract and comparator, the experimental animals were injected with carrageenan. Then, the rat leg volume was measured after 1 hour of injection, starting from the 1st to the 6th hour. The results of anti-inflammatory activity test observations were carried out by determining the percentage of inflammation in the rats' feet. The effective dose in the anti-inflammatory activity test was an extract dose of 200 mg/kgBW, which had inflammation percentage results that were comparable to the positive control.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Peradangan adalah reaksi terhadap rangsangan agen berbahaya, infeksi, trauma, atau cedera pada jaringan. Salah satu tanaman yang memiliki khasiat antiinflamasi yaitu daun andong merah. Kandungan kimia dari ekstrak daun andong yang memiliki aktivitas antiinflamasi yaitu flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun andong merah terhadap tikus putih yang diinduksi karagenan dan mengetahui dosis efektifnya. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan hewan uji tikus 25 ekor dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I kontrol negatif (Na CMC 0,5 %), kelompok II kontrol positif (natrium diklofenak dosis 4,5 mg/kg BB), kelompok III (ekstrak dosis 100 mg/kg BB), kelompok IV (ekstrak dosis 200 mg/kg BB), kelompok V (ekstrak dosis 400 mg/kg BB). Hewan uji diberikan ekstrak dan pembanding, kemudian disuntik karagenan setelah 30 menit. Setelah penyuntikan, volume kaki tikus diukur setiap jam, dimulai pada jam pertama dan berakhir pada jam ke enam. Hasil pengamatan uji aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menentukan persentase peradangan pada kaki tikus. Dosis efektif pengujian antiinflamasi yaitu ekstrak dosis 200 mg/kgBB yang memiliki hasil persentase peradangan yang sebanding dengan kontrol positif.</p>2024-09-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3311Analisa Indikator Pengelolaan Penyimpanan Obat di Apotek X Karanganyar2024-07-29T02:59:54+00:00Risma Sakti Pambudi[email protected]Farah Puteri Windiasari[email protected]<p><em>Storage is an activity to store and maintain the pharmaceutical preparations received and to maintain the quality of the medicines. Ineffective storage can result in expired and damaged medicines. The aim of the research is to find out what the storage system is like at Pharmacy X Karanganyar. This research is a descriptive observational study with retrospective data collection, namely in 2023. The samples used were 10 drugs that were frequently purchased by consumers in pharmacies dead stock. Based on research, it shows that the indicator for suitability of drug stock with the stock card is according to the standard, namely 100%, but there are discrepancies, namely for the drug Diclofenac Sodium (98%), the indicator for the stock value of expired/damaged drugs is 0% and dead stock drugs are 0%. The stock value indicators for expired medicines and dead stock medicines are in accordance with medicine storage standards.</em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong><br />Penyimpanan merupakan kegiatan untuk menyimpan dan memelihara sediaan farmasi yang diterima serta dapat menjaga mutu obat. Penyimpanan yang kurang efektif dapat mengakibatkan munculnya obat kedaluwarsa dan rusak. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana sistem penyimpanan di apotek X karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif yaitu tahun 2023. Sampel yang digunakan adalah 10 obat yang sering dibeli oleh konsumen di apotek X Tahun 2023. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat kesesuaian obat dengan kartu stok, obat kedaluwarsa/ rusak, obat stok mati. Berdasarkan penelitian menunjukkan indikator kesesuaian stok obat dengan kartu stok sesuai standar yaitu 100% akan tetapi terdapat yang tidak sesuai yaitu pada obat Diclofenac Sodium (98%), indicator nilai stok obat kedaluwarsa/rusak 0% dan Obat Stok Mati 0%. Indikator nilai stok obat kedaluwarsa dan obat stok mati sudah sesuai dengan standar penyimpanan obat yaitu 0%. <br /></p>2024-09-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3344Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar Parasetamol Sirup Selama Beyond Use Date Secara Spektrofotometri UV-Vis2024-08-20T05:52:50+00:00Indra Meilina Yusefa[email protected]Nuraini Harmastuti[email protected]Reslely Harjanti[email protected]<p><em>Paracetamol or acetaminophen is a widely used analgesic-antipyretic drug worldwide. Paracetamol in liquid form is preferred because of its easy administration and rapid absorption in the body and large doses are easily adjusted for children. Storage of paracetamol syrup in accordance with the etiquette is at controlled room temperature. Beyond use date (BUD) is the time limit for the use of a drug after it has been formulated, prepared or after its primary packaging has been opened or tampered with. The purpose of this study was to determine the effect of storage temperature on paracetamol syrup levels during BUD. Paracetamol syrup was stored in a room with air conditioning (20-25<sup>o</sup>C) and without air conditioning (30-40<sup>o</sup>C) for 14 days. Observation of levels was carried out on days 0, 3, 7, 10 and 14 using UV-Vis spectrophotometry with a wavelength of 247 nm and operating time for 22 minutes. The results of the determination of paracetamol syrup levels after storage for 14 days in a room with air conditioning in generic and trademark samples were 90.05 ± 1.34% and 92.73 ± 1.01%, respectively. Paracetamol syrup levels in a room without air conditioning in generic and trademark samples are 79.07 ± 0.99% and 81.10 ± 2.02%. Storage temperature affects paracetamol syrup levels during storage with a difference in levels of 10.98% for generic samples and 11.63% for trademark samples during BUD.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Parasetamol dalam bentuk cairan lebih disukai karena pemberiannya yang mudah dan cepat terabsorpsi dalam tubuh serta dalam pemberian dosis besar mudah disesuaikan untuk anak. Penyimpanan parasetamol sirup yang sesuai dengan etiket adalah pada suhu ruang terkendali. B<em>eyond use date</em> (BUD) adalah batas waktu penggunaan obat setelah diracik, disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka atau dirusak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap kadar parasetamol sirup selama BUD. Parasetamol sirup disimpan pada ruang dengan penyejuk udara (20 – 25<sup>o</sup>C) dan tanpa penyejuk udara (30 – 40<sup>o</sup>C) selama 14 hari. Pengamatan kadar dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, 10 dan 14 menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 247 nm dan waktu operasi selama 22 menit. Hasil penetapan kadar parasetamol sirup setelah penyimpanan selama 14 hari di ruang dengan penyejuk udara pada merek generik dan merek dagang berturut-turut yaitu 90,05 ± 1,34% dan 92,73 ± 1,01%. Kadar parasetamol sirup diruang tanpa penyejuk udara pada merek generik dan merek dagang yaitu 79,07 ± 0,99% dan 81,10 ± 2,02%. Suhu penyimpanan mempengaruhi kadar parasetamol sirup selama penyimpanan dengan selisih kadar 10,98% untuk merek generik dan 11,63% untuk merek dagang selama BUD.</p>2024-09-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3482Evaluasi Penerapan Peresepan Elektronik (E-Prescribing) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang2024-10-18T04:10:11+00:00Niken Dyahariesti[email protected]Ayang Rizky Safitri Utami[email protected]<p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Electronic prescribing is an information technology innovation in health care that can improve service quality, but its implementation still faces challenges that require evaluation, especially at Muhammadiyah Roemani Semarang Hospital, which has been implementing this system since 2016. This study aims to evaluate the implementation of the electronic prescribing system at Roemani Hospital based on the availability of its features. This study is a descriptive qualitative research. The sampling technique used was purposive sampling. Respondents used 4 pharmacists. Data collection was carried out with an observation sheet by the pharmacist followed by a confirmation interview with the pharmacist. The results of the interview were transcribed into text, coding at each point and drawing conclusions. Electronic prescribing in the hospital is quite complete and running well, with 87.5% feature completeness from the Indonesian Ministry of Health. The hospital has implemented 57.7% of the recommended features in international journals, but some obstacles still need to be overcome, such as slow internet network problems, differences in drug stocks, and non-compliance of prescription writers. The electronic prescribing system at Roemani Muhammadiyah Hospital is generally running well, but still needs improvement in several aspects to further optimize the performance and benefits of the system.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Peresepan elektronik merupakan inovasi teknologi informasi di pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan, namun penerapannya masih menghadapi tantangan sehingga perlu dilakukan evaluasi, khususnya di Rumah Sakit Muhammadiyah Roemani Semarang yang telah menerapkan sistem ini sejak 2016<strong>.</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan sistem peresepan elektronik di Rumah Sakit Roemani berdasarkan ketersediaan fiturnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik <em>sampling </em> yang digunakan <em>purposive sampling.</em> Responden yang digunakan 4 apoteker. Pengambilan data dilakukan dengan lembar observasi oleh Apoteker dilanjutkan dengan wawancara konfirmasi dengan Apoteker. Hasil wawancara ditranskripsi ke dalam teks, pengkodean pada tiap point dan penarikan kesimpulan. Peresepan elektronik di Rumah Sakit sudah cukup lengkap dan berjalan dengan baik, dengan kelengkapan fitur 87,5% dari Kemenkes RI. Rumah sakit ini telah menerapkan 57,7% dari rekomendasi fitur pada jurnal internasional, tetapi beberapa kendala yang masih perlu diatasi, seperti masalah jaringan internet yang lambat, perbedaan stok obat, serta ketidakpatuhan penulis resep. Sistem peresepan elektronik di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah secara umum sudah berjalan dengan baik, namun masih memerlukan perbaikan pada beberapa aspek agar lebih mengoptimalkan kinerja dan manfaat sistem</p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3404Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien terhadap Perilaku Penggunaan Obat Halal pada Pasien Rawat Jalan di RSUD RA Kartini Jepara2024-08-27T06:50:00+00:00Arfianto Erki[email protected]Rahmawati Isna[email protected]Choeroh Muhimmatul[email protected]<p><em>According to data from RSUD RA Kartini Jepara (2022), the number of visits to the outpatient installation was 184,241. Type B non-teaching regional hospitals do not include RSUD RA Kartini Jepara. When patients are satisfied with the care they get at RSUD RA Kartini Jepara, the hospital is able to attract a large patient base. The purpose of this research is to assess the level of medication and product knowledge among RSUD RA Kartini Jepara's outpatients in order to empower them to make informed choices. Analytical correlation and random sampling were used in this cross-sectional investigation. During the sample period of January to February 2024, a total of fifty respondents were included. Half of the people who took part in the survey had enough information about kosher drugs to be considered somewhat knowledgeable, and 68% had adequate behavior when it came to using halal drugs. Outpatients at RA Kartini Regional Hospital in Jepara Regency did not exhibit any link between the knowledge variable and the behavioral variable of halal drug use, according to the Spearman rank correlation test, which had an r-value of 0.11 and a significance level of 0.449.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Menurut data RSUD RA Kartini Jepara (2022) jumlah kunjungan pada instalasi rawat jalan sebanyak 184.241. Termasuk di antara rumah sakit daerah non pendidikan di Kartini Jepara adalah Rumah Sakit Umum Daerah RA. Jika RSUD RA Kartini Jepara berhasil memuaskan pasiennya, maka akan menarik populasi pasien yang besar. Untuk membantu pasien membuat pilihan yang tepat, penelitian ini berupaya menghitung jumlah pasien rawat jalan di RSUD RA Kartini Jepara yang memiliki pengetahuan tentang obat - obatan dan barang-barang. Analisis statistik dan pengambilan sampel acak adalah alat pilihan dalam penyelidikan penampang ini. Selama bulan Januari dan Februari 2024, total lima puluh peserta disurvei. Survei tersebut menemukan bahwa 68% responden memiliki tingkat kesadaran sedang tentang obat-obatan halal dan 50% responden memiliki tingkat perilaku yang memadai dalam hal penggunaan obat-obatan halal. Dengan nilai r yang dihitung sebesar 0,11 dan tingkat signifikansi sebesar 0,449, uji korelasi Spearman rank tidak menunjukkan adanya korelasi antara variabel pengetahuan dengan variabel perilaku penggunaan obat halal pada pasien rawat jalan di RSUD RA Kabupaten Kartini Jepara.</p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3298Uji Aktivitas Ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Emulgel Luka Sayat pada Hewan Uji Kelinci (Origtolagus cuniculus)2024-08-21T06:25:20+00:00Afrina Fajar Ekowati[email protected]Wiwin Herdwiani[email protected]Fitri Kurniasari[email protected]<p><em>The skin functions as a body protector from physical disturbances that can cause injury. Guajava fruit contains alkaloids, flavonoids, saponins, tannins and triterpenoids which can be used as wound healing in emulgel preparations. The aim of this study was to determine the effectiveness of guava fruit extract as a incision wound dressing in a emulgel formulation..</em><em>Guava fruit extract is obtained by maceration extraction. Emulgel preparations were made with various extract concentrations namely F1 (2.5%), F2 (5%), F3 (10%).</em> <em>This treatment used 5 groups of rabbits, each group was given 5 incision wounds. Physial quality testing includes organoleptic tests, homogeneity, viscosity, adhesion, spreadability, pH, emulsion type and stability. This study used 5 adapted rabbits. Observations were made by looking at the length of the wound, wound healing time, erythema, edema and analyzed using SPSS.shows that F2 has activity in healing cuts that is equivalent to the positive control.</em><em> The results showed that guava fruit extract can be made into emulgel preparations that meet the requiements for good physical quality. Guava fruit extract emulgel has activity in healing cuts. Emulgel with a concentration of 5% had the most effective wound healing activity and was aquivalent to the positive control. </em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh dari gangguan fisik yang dapat menimbulkan luka. Buah jambu biji memiliki kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuhan luka sayat dalam sediaan emulgel. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas ekstrak buah jambu biji sebagai luka sayat dalam formulasi sediaan emulgel. Ekstrak buah jambu biji diperoleh dari ekstraksi maserasi. Sediaan emulgel dibuat dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu F1 (2,5%), F2 (5%), F3 (10%). Perlakuan ini menggunakan sebanyak 5 kelompok kelinci yang masing-masing kelompok diberikan sebanyak 5 luka sayat Pengujian mutu fisik meliputi uji organoleptis, homogenitas, viskositas, daya lekat, daya sebar, pH, tipe emulsi dan stabilitas. Penelitian ini menggunakan 5 ekor kelinci yang telah diadaptasi. Pengamatan dilakukan dengan melihat panjang luka, waktu penyembuhan luka, eritema, edema dan dianalisis menggunakan SPSS menunjukkan bahwa pada F2 memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka sayat yang setara dengan kontrol positif Hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah jambu biji dapat dibuat sediaan emulgel yang memenuhi syarat mutu fisik yang baik. Emulgel ekstrak buah jambu biji memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka sayat. Emulgel dengan konsentrasi 5% memiliki aktivitas penyembuhan luka sayat yang paling efektif dan setara dengan kontrol positif.</p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Producthttps://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3492Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Hipertensi di Apotek Izi Kabupaten Sidrap2024-11-06T07:45:23+00:00Shabran Hadiq[email protected]Washliaty Sirajuddin[email protected]Rahmasiah[email protected]Annisha Mellani[email protected]<p><em>Uncontrolled blood pressure can result from noncompliant hypertension treatment. A person's degree of drug tolerance or acceptance might dictate social influences, including medication adherence.</em><em> This study aims to determine the relationship</em><em> between knowledge level and medication adherence in hypertension patients at IZI Pharmacy, Sidrap Regency. </em><em>Using a cross-sectional approach and purposive sampling, this quantitative descriptive study included 62 respondents</em><em>. </em><em>Data were collected from May to June 2024 through demographic questionnaires, the Hypertension Fact Questionnaire (HFQ), and the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8).</em> <em>The results showed that most patients' knowledge level was moderate, with 24 respondents (38.7%). Meanwhile, the highest level of medication adherence was low, with 31 respondents (50.0%). Data analysis indicated a significant relationship between knowledge level and medication adherence, with a p-value of 0.001 (p < 0.05). This study concludes that increased knowledge about hypertension is associated with improved medication adherence in hypertension patients.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pengobatan hipertensi yang tidak patuh dapat menyebabkan tekanan darah tidak terkontrol. Pengaruh sosial, seperti kepatuhan pengobatan, dapat ditentukan oleh tingkat toleransi atau penerimaan seseorang terhadap pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi di Apotek Izi Kabupaten Sidrap. Penelitian deskriptif kuantitatif ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em>, dengan pengambilan sampel secara <em>purposive</em> sampling yang terdiri dari 62 responden. Data dikumpulkan pada bulan Mei-Juni 2024 melalui kuesioner demografi, kuisioner pengetahuan <em>Hypertension Fact Questionnaire </em>(HFQ), dan kuisioner kepatuhan <em>Morisky Medication Adherence Scale </em>(MMAS-8). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien paling banyak berada pada kategori sedang dengan 24 responden (38,7%). Sementara itu, tingkat kepatuhan pengobatan pasien terbanyak berada pada kategori rendah sejumlah 31 responden (50,0%). Analisis data menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan pengobatan dengan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien hipertensi.</p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product