Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp
<div class="body"> <div class="description"> <div style="border: 2px #444F71 solid; padding: 3px; background-color: #f0ffff; text-align: left;"> <ol> <li class="show">Nama Jurnal: Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product</li> <li class="show">Singkatan: IJPNP</li> <li class="show">Frekuensi: Maret & September</li> <li class="show">ISSN: Print 2656-3215 | Online 2615-6903</li> <li class="show">Editor in Chief: Melati Apriliana Ramadhani</li> <li class="show">DOI: 10.35473/ijpnp</li> <li class="show">Akreditasi : Sinta 5</li> <li class="show">Penerbit: Universitas Ngudi Waluyo Program Studi Farmasi</li> </ol> </div> <p>Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product [P-ISSN 2656-3215 | E-ISSN 2615-6903 is aimed as promoting principled approach to research on pharmacy that covers a broad range of topics engaging a good relationship in theoretical and practical.</p> </div> </div>Universitas Ngudi Waluyoen-USIndonesian Journal of Pharmacy and Natural Product2656-3215Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Dagusibu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3006
<p><em>Residents still have a low understanding of the proper use of medicines due to the lack of knowledge among residents about DaGuSiBu medicines (Get, Use, Store and Dispose of Medicines). DaGuSiBu drug education was needed thus residents have a better understanding. The purpose of this study was to determine the effect of education on the level of knowledge about DaGuSiBu in Buli Village, Maba District, East Halmahera Regency. This research method was a quasi-experimental design (Quasi-experimental design) with a one group pre and posttest design. Samples were taken by purposive sampling by using the Slovin formula which obtained a sample of 100 respondents. The research instrument uses the DaGuSiBu knowledge questionnaire which was valid and reliable. Education was carried out with the help of leaflets and counseling with presentations. The data analysis technique used the Wilcoxon signed rank test analysis. The results showed that before education the majority of respondents had sufficient knowledge about DaGuSiBu medicine (70%) and after education the majority of respondents had good knowledge (89%). The results of the bivariate analysis obtained a significance value (p value) of 0,000 <0,05, meaning that there was an influence of education on the level of knowledge about DaGuSiBu. The conclusion on this research that there was an influence of education on the level of knowledge about DaGuSiBu in Buli Village, Maba District, East Halmahera Regency.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Pemahaman penggunaan obat secara tepat yang masih rendah dari warga dikarenakan minimnya pengetahuan warga mengenai DaGuSiBu obat (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang obat). Edukasi DaGuSiBu obat dibutuhkan agar warga menjadi memiliki pemahaman lebih baik. Tujuan penelitian ini guna melihat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan tentang DaGuSiBu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur. Metode penelitian ini ialah metode eksperimen semu <em>(Quasi – Experimental design) </em>dengan rancangan <em>One group pretest-posttest</em>. Sampel diambil secara <em>purposive sampling</em> dengan penentuan sampel menggunakan rumus<em> Slovin</em> sehingga diperoleh 100 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Edukasi dilakukan dengan bantuan leaflet dan penyuluhan dengan presentasi. Teknik analisis data memakai analisis <em>Wilcoxon signed rank test</em>. Hasil penelitian terlihat sebelum dilakukan edukasi sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang DaGuSiBu obat (70%) dan sesudah dilakukan edukasi mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik (89%). Hasil analisa bivariat diperoleh nilai signifikansi (p value) sebesar 0,000 < 0,05 berarti terdapat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan terkait DaGuSiBu obat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan tentang DaGuSiBu di Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur.</p>Khotimatul KhusnaGrace Hestrivina PurenRisma Sakti Pambudi
Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
2024-09-292024-09-2970210911810.35473/ijpnp.v7i02.3006Perbandingan Efektivitas Profilaksis Intermiten Klobazam Versus Diazepam pada Kejang Demam Sederhana (KDS): Systematic Review
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3308
<p><em>Febrile seizures are seizures that occur when body temperature rises (rectal temperature > 38<sup>o</sup> C). Each seizure can possibly cause epilepsy and trauma to the brain. The next priority is efforts to stop acute seizure attacks which can usually be treated with anti-seizure medication. Intermittent prophylaxis with clobazam at the onset of the first febrile seizure provides better results. This systematic review aims to review articles related to the use of intermittent prophylaxis of clobazam vs diazepam for children suffering from simple febrile seizures. The literature search method uses Google Scholar, PubMed and BMJ databases based on keywords. The selected articles were articles published between 2009-2023, full text in English, were original articles comparing the effectiveness of intermittent prophylaxis use of clobazam vs diazepam in febrile seizures in children. The results obtained were 4 articles that were relevant to the objectives of this systematic review. </em>Data is homogeneous with RR of 0.44 (95% CI: 0.32-0.60) so that the therapeutic effectiveness of administering clobazam compared with diazepam is not significantly different even though there is a chance that the effectiveness of clobazam is 0.44 times compared with administering diazepam. The efficacy of clobazam compared to diazepam, clobazam has better advantages than diazepam in preventing recurrence of febrile seizures. Apart from that, the side effects that occur with clobazam are significantly lower, for example drowsiness and sedation.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38<sup>o </sup>C). Setiap kejang kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi dan trauma pada otak. Prioritas selanjutnya berupa usaha untuk menghentikan serangan kejang akut yang biasanya dapat ditangani dengan pemberian obat anti kejang. Pemberian profilaksis intermiten dengan klobazam pada permulaan terjadinya kejang demam pertama memberikan hasil yang lebih baik. <em>Systematic review</em> ini bertujuan untuk me<em>review</em> artikel-artikel terkait adanya penggunaan profilaksis intermiten klobazam vs diazepam untuk anak penderita kejang demam sederhana. Pencarian literatur menggunakan metode berupa database Google scholar, PubMed dan BMJ berdasarkan <em>keywords</em>. Artikel yang dipilih adalah artikel yang dipublikasikan antara tahun 2009-2023, <em>fulltext</em> dalam inggris, merupakan <em>original article</em> yang membandingkan efektivitas antara penggunaan profilaksis intermiten klobazam vs diazepam pada kejang demam pada anak. Hasil diperoleh 4 artikel yang relevan terhadap tujuan <em>systematic review </em>ini. Data bersifat homogen dengan RR 0,44 (CI 95%: 0,32-0,60) sehingga efektivitas terapi pemberian klobazam dibandingkan dengan diazepam tidak berbeda bermakna meskipun terdapat peluang efektivitas klobazam sebesar 0,44 kali dibandingkan dengan pemberian diazepam. Kemanjuran klobazam dibandingkan dengan diazepam, klobazam memiliki keunggulan lebih baik dibandingkan diazepam dalam mencegah kekambuhan kejang demam. Selain itu efek samping yang timbul pada klobazam secara signifikan jauh lebih rendah misalnya seperti mengantuk dan sedasi.</p>SulastriMutia Hariani NurjanahMelati Apriliana RamadhaniArif SantosoRahma Diyan MarthaRissa Laila ViftaAnnisah Mahanani
Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
2024-09-292024-09-2970211912810.35473/ijpnp.v7i02.3308Uji Antiinflamasi Ekstrak Daun Andong Merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) terhadap Tikus Model Induksi Karagenan
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3310
<p><em>Inflammation is a reaction to stimulation by harmful agents, infection, trauma, or tissue injury. One plant that has anti-inflammatory properties is red andong leaves. The chemical content of Andong leaf extract, which has anti-inflamatorry activity, is flavonoids. This study aims to determine the anti-inflammatory activity of ethanol extract of red andong leaves on carrageenan-induced white rats and determine the effective dose. Testing of the anti-inflammatory activity was carried out using 25 white rats as test animals and divided into 5 treatment groups, namely group 1 (diclofenac sodium dose 4.5 mg/kgBW), group II (Na CMC 0.5%), group III (extract dose 100 mg/kgBW), group IV (extract dose 200 mg/kgBW), group V (extract dose 400 mg/kgBW). After 30 minutes of administering the extract and comparator, the experimental animals were injected with carrageenan. Then, the rat leg volume was measured after 1 hour of injection, starting from the 1st to the 6th hour. The results of anti-inflammatory activity test observations were carried out by determining the percentage of inflammation in the rats' feet. The effective dose in the anti-inflammatory activity test was an extract dose of 200 mg/kgBW, which had inflammation percentage results that were comparable to the positive control.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Peradangan adalah reaksi terhadap rangsangan agen berbahaya, infeksi, trauma, atau cedera pada jaringan. Salah satu tanaman yang memiliki khasiat antiinflamasi yaitu daun andong merah. Kandungan kimia dari ekstrak daun andong yang memiliki aktivitas antiinflamasi yaitu flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun andong merah terhadap tikus putih yang diinduksi karagenan dan mengetahui dosis efektifnya. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan hewan uji tikus 25 ekor dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok I kontrol negatif (Na CMC 0,5 %), kelompok II kontrol positif (natrium diklofenak dosis 4,5 mg/kg BB), kelompok III (ekstrak dosis 100 mg/kg BB), kelompok IV (ekstrak dosis 200 mg/kg BB), kelompok V (ekstrak dosis 400 mg/kg BB). Hewan uji diberikan ekstrak dan pembanding, kemudian disuntik karagenan setelah 30 menit. Setelah penyuntikan, volume kaki tikus diukur setiap jam, dimulai pada jam pertama dan berakhir pada jam ke enam. Hasil pengamatan uji aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menentukan persentase peradangan pada kaki tikus. Dosis efektif pengujian antiinflamasi yaitu ekstrak dosis 200 mg/kgBB yang memiliki hasil persentase peradangan yang sebanding dengan kontrol positif.</p>Jena WidyastiFitri Kurniasari
Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
2024-09-292024-09-2970212913410.35473/ijpnp.v7i02.3310Analisa Indikator Pengelolaan Penyimpanan Obat di Apotek X Karanganyar
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3311
<p><em>Storage is an activity to store and maintain the pharmaceutical preparations received and to maintain the quality of the medicines. Ineffective storage can result in expired and damaged medicines. The aim of the research is to find out what the storage system is like at Pharmacy X Karanganyar. This research is a descriptive observational study with retrospective data collection, namely in 2023. The samples used were 10 drugs that were frequently purchased by consumers in pharmacies dead stock. Based on research, it shows that the indicator for suitability of drug stock with the stock card is according to the standard, namely 100%, but there are discrepancies, namely for the drug Diclofenac Sodium (98%), the indicator for the stock value of expired/damaged drugs is 0% and dead stock drugs are 0%. The stock value indicators for expired medicines and dead stock medicines are in accordance with medicine storage standards.</em></p> <p><strong>ABSTRAK</strong><br />Penyimpanan merupakan kegiatan untuk menyimpan dan memelihara sediaan farmasi yang diterima serta dapat menjaga mutu obat. Penyimpanan yang kurang efektif dapat mengakibatkan munculnya obat kedaluwarsa dan rusak. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana sistem penyimpanan di apotek X karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara retrospektif yaitu tahun 2023. Sampel yang digunakan adalah 10 obat yang sering dibeli oleh konsumen di apotek X Tahun 2023. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat kesesuaian obat dengan kartu stok, obat kedaluwarsa/ rusak, obat stok mati. Berdasarkan penelitian menunjukkan indikator kesesuaian stok obat dengan kartu stok sesuai standar yaitu 100% akan tetapi terdapat yang tidak sesuai yaitu pada obat Diclofenac Sodium (98%), indicator nilai stok obat kedaluwarsa/rusak 0% dan Obat Stok Mati 0%. Indikator nilai stok obat kedaluwarsa dan obat stok mati sudah sesuai dengan standar penyimpanan obat yaitu 0%. <br /></p>Risma Sakti PambudiFarah Puteri Windiasari
Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
2024-09-292024-09-2970213514010.35473/ijpnp.v7i02.3311Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar Parasetamol Sirup Selama Beyond Use Date Secara Spektrofotometri UV-Vis
https://jurnal.unw.ac.id/index.php/ijpnp/article/view/3344
<p><em>Paracetamol or acetaminophen is a widely used analgesic-antipyretic drug worldwide. Paracetamol in liquid form is preferred because of its easy administration and rapid absorption in the body and large doses are easily adjusted for children. Storage of paracetamol syrup in accordance with the etiquette is at controlled room temperature. Beyond use date (BUD) is the time limit for the use of a drug after it has been formulated, prepared or after its primary packaging has been opened or tampered with. The purpose of this study was to determine the effect of storage temperature on paracetamol syrup levels during BUD. Paracetamol syrup was stored in a room with air conditioning (20-25<sup>o</sup>C) and without air conditioning (30-40<sup>o</sup>C) for 14 days. Observation of levels was carried out on days 0, 3, 7, 10 and 14 using UV-Vis spectrophotometry with a wavelength of 247 nm and operating time for 22 minutes. The results of the determination of paracetamol syrup levels after storage for 14 days in a room with air conditioning in generic and trademark samples were 90.05 ± 1.34% and 92.73 ± 1.01%, respectively. Paracetamol syrup levels in a room without air conditioning in generic and trademark samples are 79.07 ± 0.99% and 81.10 ± 2.02%. Storage temperature affects paracetamol syrup levels during storage with a difference in levels of 10.98% for generic samples and 11.63% for trademark samples during BUD.</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Parasetamol dalam bentuk cairan lebih disukai karena pemberiannya yang mudah dan cepat terabsorpsi dalam tubuh serta dalam pemberian dosis besar mudah disesuaikan untuk anak. Penyimpanan parasetamol sirup yang sesuai dengan etiket adalah pada suhu ruang terkendali. B<em>eyond use date</em> (BUD) adalah batas waktu penggunaan obat setelah diracik, disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka atau dirusak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap kadar parasetamol sirup selama BUD. Parasetamol sirup disimpan pada ruang dengan penyejuk udara (20 – 25<sup>o</sup>C) dan tanpa penyejuk udara (30 – 40<sup>o</sup>C) selama 14 hari. Pengamatan kadar dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, 10 dan 14 menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 247 nm dan waktu operasi selama 22 menit. Hasil penetapan kadar parasetamol sirup setelah penyimpanan selama 14 hari di ruang dengan penyejuk udara pada merek generik dan merek dagang berturut-turut yaitu 90,05 ± 1,34% dan 92,73 ± 1,01%. Kadar parasetamol sirup diruang tanpa penyejuk udara pada merek generik dan merek dagang yaitu 79,07 ± 0,99% dan 81,10 ± 2,02%. Suhu penyimpanan mempengaruhi kadar parasetamol sirup selama penyimpanan dengan selisih kadar 10,98% untuk merek generik dan 11,63% untuk merek dagang selama BUD.</p>Indra Meilina YusefaNuraini HarmastutiReslely Harjanti
Copyright (c) 2024 Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product
2024-09-292024-09-2970214115010.35473/ijpnp.v7i02.3344